BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bagi sebagian orang belajar merupakan
kegiatan yang membosankan. Untuk menghindari hal tersebut diperlukan suatu
strategi pembelajaran yang baik agar proses pembelajaran berjalan dengan
efektif, efisien dan menyenangkan, serta para pembelajar dapat menyerap apa
yang disampaikan dengan baik.
Sebagai calon tenaga pendidik yang
profesional, kita harus menguasai strategi dan metode dalam mengajar. Sehingga
kita dapat memberikan pembelajaran yang menyenangkan kepada anak didik kita.
Salah satu strategi yang efektif adalah Quantum Teaching and Learning.
Quantum Teaching and Learning adalah
strategi pembelajaran yang digagas oleh Bobbi DePorter. Quantum
Teaching dapat diartikan sebagai pendekatan pengajaran untuk membimbing peserta
didik agar mau belajar. Strategi ini sangat mudah dan efektif untuk
diimplementasikan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan
membahas tentang Quantum Teaching and Learning.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
sejarah Quantum Teaching and Learning?
2.
Apa pengertian
dan karakteristik Quantum Teaching and Learning?
3.
Apa perbedaan
antara Quantum Teaching dan Quantum Learning?
4.
Apa saja
paradigma dan prinsip Quantum Teaching and Learning?
5.
Bagaimana
implementasi Quantum Teaching and Learning?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Quantum Teaching and Learning
Tokoh utama di
balik pembelajaran Quantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang
kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua
bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis,
pencetus, dan pengembang utama pembelajaran. Semenjak tahun 1982 DePorter
mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran di Super Camp, sebuah
lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California,
Amerika Serikat. Super Camp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning
Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal ihwal pembelajaran
guna pengembangan potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya,
terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah
Singer Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan
gagasan-gagasan pembelajaran kepada para remaja di Super Camp selama
tahun-tahun awal dasawarsa 1980an.
Dia belajar dari
Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen
dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”.
Prinsipnya adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi
belajar, dan setiap detail apapun dapat, memberikan sugesti positif ataupun
negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated learning (
pemercepatan belajar).
Kemudian metode
pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai
lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan
perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa
sebenarnya pembelajaran merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang
bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
Falsafah dan metodologi
pembelajaran yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut
selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap
dalam buku Learning.
Persamaan
Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu:
Berdasarkan
persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta
akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada
peserta didik. [1]
B.
Pengertian
dan Karakteristik Quantum Teaching and Learning
1. Pengertian
Kata
Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi, Quantum
Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan
unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang
terjadi di dalam kelas.
Quantum
Teaching adalah ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan,
penyajian, dan fasilitas Supercamp yang diciptakan berdasarkan teori-teori
pendidikan seperti Accelerated Learning (Luzanov), Multiple
Intelligence (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Ginder dan
Bandler), Experiental Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative
Learning (Johnson and Johnson), dan Elemen of Effective Intruction
(Hunter). [2]
Quantum
Teaching dapat diartikan sebagai pendekatan pengajaran untuk membimbing peserta
didik agar mau belajar. Menjadikan sebagai kegiatan yang dibutuhkan peserta
didik. Di samping itu untuk memotivasi, menginspirasi dan membimbing guru agar
lebih efektif dan sukses dalam mengasup pembelajaran sehingga lebih menarik dan
menyenangkan. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi lompatan kemampuan
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Quantum
Teaching bersandar pada konsep Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan
Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Inilah asas utama, alasan dasar yang
berada di balik segala strategi, model, dan keyakinan Quantum Teaching. Hal ini
menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan
materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan
bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.
Quantum
learning menurut Bobby DePorter merupakan bagian dari cara belajar, namun
mencakup aspek-aspek penting dari Neuro Linguistic Programming (NLP). Neuro
adalah saraf otak, linguistic adalah cara berbahasa, baik verbal maupun non
verbal yang dapat mempengaruhi sistem pikiran, perasaan, dan perilaku. Program
NLP sangatlah unik, yaitu melakukan mental building untuk membuang kebiasaan
dan keyakinan lama yang menghasilkan kegagalan, pesimisme, kurang percaya diri,
menggantikannya dengan program baru yang dapat mengoptimalkan semua fungsi
otak, mengidentifikasikan hal-hal yang memicu pola berpikir positif. [3]
2. Karakteristik
a. Berpangkal pada psikologi kognitif
b. Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar
menjadi pusat perhatian. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan
sebagainya dari pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan meniadakan
hukuman karena semua usaha yang dilakukan pembelajar dihargai. Kesalahan sebagai
manusiawi.
c. Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan,
menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku
pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri
manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar
pembelajaran berhasil baik.
d. Memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi
bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran yang dapat
mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya
yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.
e. Menekankan pada pemercepatan pembelajaran
dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan
halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang menyengkan,
lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.
f. Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman,
segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.
g. Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan
proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan
pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama
pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.
h. Memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan,
landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis.
Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang
fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.
i. Menyeimbangkan keterampilan akademis,
keterampilan hidup dan prestasi material.
j. Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif
dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak
dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses
pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak
diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.
k. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai
kunci interaksi. Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa
dan pembelajar.
l. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran
dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bisa berlangsung nyaman dan
hasilnya lebih optimal. [4]
C. Perbedaan Quantum Teaching dan Quantum Learning
Teaching
dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter
yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui
berbuat. Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di
kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya.
Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Learning merupakan konsep
untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip
sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Teaching
diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum
sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar
bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
Dalam
Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai
gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik,
dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke
dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Teaching, tidak ada siswa
yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya
belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu
penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya
bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap
usaha, dan rayakan.
Learning
merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain siswa dan
guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan
berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya
belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan
dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya
setelah mengkaji sesuatu dengan cara Learning. Segalanya dapat dengan mudah,
cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.
1.
Teaching
diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan
dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching
terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi, dan Rayakan.
2.
Learning
merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur,
dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.Pola
Teaching terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku.[5]
D.
Paradigma
dan Prinsip Quantum Teaching and Learning
1.
Paradigma
Dalam
belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar paradigma yang
harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a.
Setiap
orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai
fasilitator.
b.
Bagi
kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk
setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga
peserta merasa santai dan relaks.
c.
Setiap
orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang
merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan
demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi
atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d.
Modul
pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana
dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung. [6]
2.
Prinsip
dari Quantum Teaching, yaitu:
a.
Segalanya
berbicara
Semua yang ada di lingkungan kelas baik didalam
maupun diluar kelas semuanya mengirimkan pesan tentang pembelajaran. Dalam hal
ini guru dituntut untuk mampu merancang/mendesai segala aspek yang ada
dilingkungan kelas (guru, media pembelajara dan siswa) maupun diluar kelas
(guru lain, kebun sekolah, kantin sekolah dll) sebagai sumber belajar bagi
siswa
b.
Segalanya
bertujuan
Semua yang terjadi dalam proses belajar
mengajar mempunyai tujuan. Dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam proses
beajar mengajar harus memiliki tujuan. Dan tujuan tersebut harus dijelaskan
kepada siswa.
c.
Pengalaman
sebelum konsep
Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa
telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh konsep untuk apa yang
mereka pelajari. Dalam proses belajar mengajar harus dilakukan dengan cara
memberikan tugas terlebih dahulu kepada siswa ataupun memberikan informasi
sedikit tentang apa yang akan dipelajari. Dengan begitu siswa dapat mengambil
kesimpulan sendiri. Guru harus mampu merancang pembelajaran yang mendorong
siswa untuk melakukan penelitian sendiri dan berhasil menyimpulkan. Dalam hal
ini guru harus menciptakan simulasi konsep agar siswa memperoleh pengalaman.
d.
Akui
setiap usaha
Menghargai usaha
siswa sekecil apa pun. Siswa patut mendapatkan pengakuan atas prestasi
dankepercayan dirinya. Guru harus mampu memberi penghargaan/pengakuan pada
setiap usaha siswa. Jika usaha siswa jelas salah, guru harus mampu memberi
pengakuan/penghargaan walaupun usaha siswa salah dan secara perlahan
membetulkan jawaban siswa yang salah. Jangan mematikan semangat siswa untuk
belajar.
e.
Jika
layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa
yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Perayaan dapat memberi umpan balik mengenai
kemajuan dan meningkatkan asosiasi positif dengan belajar Dalam
hal ini guru harus memiliki strategi untuk memberi umpan balik positif yang
dapat mendorong semangat belajar siswa. Berilah umpan balik positif pada setiap
usaha siswa, baik secara berkelompok maupun secara individu. [7]
E.
Implementasi
Quantum Teaching and Learning
1.
Teknik-teknik
Quantum teaching and learning
a.
Teknik
AMBAK
Teknik ini menekankan bagaimana sedapat mungkin
bisa menghadirkan perasaan dalam diri siswa bahwa apa yang mereka pelajari akan
memberikan manfaat yang besar.
1)
A: Apa
yang dipelajari
Dalam pelajaran akhlak tentang akhlak terpuji
misalnya, guru hanya menetapkan prinsip dari akhlaq-akhlaq tersebut, anak
didiklah yang menentukan berbagai tema pelajaran sebagai contohnya. Misalnya,
mereka di bawah ke sebuah pasar lalu dibiakan mengamati segala interaksi yang
ada di pasar, baik antara penjual dan pembeli maupun para pengunjung yang ada
di pasar.
2)
M:
Manfaat
Kadang guru lupa menjelaskan manfaat yang
diperoleh dari pelajaran yang diajarkan. Contohnya, pelajaran tenteng berwudlu.
Guru tidak hanya menjelaskan syarat sah dan rukun wudlu, tetapi lebih dari itu
guru harus bisa menjelaskan kepada siswa apa hikmah yang bisa diambil dari
berwudlu. Intinya guru harus mendorong siswa bisa memahami sesuatu situasinya
yang sebenarnya, sehingga siswa tertantang untuk mempelajari semua hal dengan
lebih mendalam.
3)
B:
Bagiku
Manfaat apa yang akan saya dapat di kemudian
hari dengan mempelajari ini semua. Misalnya, pelajaran bersuci dengan tayammum.
Mungkin bagi siswa yang berada di daerah dengan paskoan air melimpah, mungkin
pelajaran tayammum tidak banyak memberikan arti. dalam kondisi ini, guru harus
bisa menjelaskan kepada siswa bahwa suatu ketika model bersuci dengan tayammum
pasti akan bermanfaat, terlebih ketika dalam suatu perjalanan tidak menemukan
air atau ketika sakit yang tidak diperkenankan terkena air.
Teknik
AMBAK diatas, meneunjukkan kepada kita betapa Quantum Teaching lebih menekankan
pada pembelajaran yang sarat makna dan sistem nilai yang bisa dikotribusikan
kelak saat anak dewasa nanti.
b.
Teknik
TANDUR
1)
T:
Tumbuhkan
Tumbuhkan minat siswa dengan memuaskan “Apakah
Manfaatnya Bagiku” dan manfaatkan kehidupan siswa. Dengan demikian, seorang
guru tidak hanya memposisikan diri sebagai pentransfer ilmu pengetahuan saja,
tetapi juga fasilitator, mediator, dan motivator. Dalam MP PAI, misalnya guru
harus bisa menjelaskan kepada siswa akan pentingnya belajar PAI. Di samping itu
guru juga harus memotivasi siswa bahwa belajar agama dapat menunjang perbaikan
pribadi pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
2)
A: Alam
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang
dapat dimengerti semua siswa. Artinya, bagaimana guru bisa mengahadirkan
suasana alamiah yang tidk membedakan antara yang satu dengan yang lain. Memang,
tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan masing-masing siswa berbeda, namun hal
itu tidak boleh menjadi alasan bagi guru mendahulukan yang lebih pandai dari
yang kurang pandai. Semua siswa harus mendapat perlakuan yang sama.
3)
N: Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, atau
strategi terlebih dahulu terhadap sesuatu yang akan diberikan kepada siswa.
Guru sedapat mungkin memberikan pengantar terhadap materi yang hendak
disampaikan. Hal ini dimaksudkan agar ada informasi pendahuluan yang bisa
diterima oleh siswa. selain itu, guru diharapkan juga bis amembuat kata kunci
terhadap hal-hal yang dianggap sulit. Dengan kata lain, guru harus bisa membuat
sesuatu yang sulit menjadi sesuatu yang mudah.
4)
D:
Demonstrasikan
Sediakan kesempatan bagi siswa untuk
“menunjukkan bahwa mereka tahu”. Sering kali dijumpai ada siswa yang mempunyai
beragam kemampuan, akan tetapi mereka tidak mempunyai keberanian untuk
menunjukkannya. Dalam kondisi ini, para guru harus tanggap dan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk unjuk rasa dan memberikan motivasi agar berani
menunjukkan karya-karya mereka kepada orang lain.
5)
U:
Ulangi
Tunjukkan kepada siswa bagaimana cara
mengulangi materi secara efektif. Pengulangan materi dalam suatu pelajaran akan
sangat membantu siswa mengingat materi yang disampaikan guru dengan mudah.
6)
R:
Rayakan
Keberhasilan dan prestasi yang diraih siswa,
sekecil apapun, harus diberi apresiasi oleh guru. Bagi siswa perayaan akan
mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab. Perayaan akan mengajarkan
kepada mereka mengenai motivasi hakiki tanpa “insentif”. Siswa akan menanti
kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekedar mencapai nilai
tertentu. Hal ini untuk menummbuhkan rasa senang pada diri siswa yang pada
gilirannya akan melahirkan kepercayaan diri untuk berprestasi lebih baik lagi. [8]
c.
Teknik
ARIAS
Pembelajaran dengan teknik ARIAS terdiri dari
lima komponen (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction)
yang disusun berdasarkan teori belajar.
a.
Assurance
(percaya diri)
Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki
penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik
secara terus-menerus. Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu
ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal
guna mencapai keberhasilan yang optimal.
b.
Relevance
Yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik
berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan
dengan kebutuhan sekarang atau yang akan datang. Dengan tujuan yang jelas
mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang
akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan anatara kemampuan yang
telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat
dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.
c.
Interest
Adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian
siswa. Dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga
harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu,
guru harus memerhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian
dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna
dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.
d.
Assessment
Yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap
siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan
keuntungan bagi guru dan siswa. Bagi guru evaluasi merupakan alat untuk
mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk
memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk
merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar.
Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang
dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi
berprestasi.
e.
Satifaction
Yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas
atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement
(penguatan). Sisa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa
bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi
penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya.
d.
Teknik
PAKEM
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa
aktif bertanya, mempertnyakan, dan mengemukakan gagasan. Jika pembelajaran
tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah
sebagai berikut: siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
PAKEM?
1)
Memahami
sifat yang dimiliki anak
2)
Mengenal
anak secara perorangan
3)
Memanfaatkan
perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
4)
Mengembangkan
segala kemampuan siswa
5)
Mengembangkan
ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
6)
Memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar
7)
Memberikan
umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
2.
Model
Quantum Teaching and Learning
Model pembelajaran Quantum teaching dan
learning dibagi atas dua kategori, yaitu konteks dan isi. Konteks meliputi (1)
lingkungan, (2) suasana, (3) landasan, (4) rancangan. Sedangkan isi mencakup
masalah penyajian dan fasilitasai (mempermudah proses belajar).
Dalam konteks, guru dituntut harus mampu
mengubah: (1) suasana yang memberdayakan untuk kegiatan PBM, (2) landasan yang
kukuh untuk kegiatan PBM, (3) lingkungan yang mendukung PBM dan (4) rancangan
pembelajaran yang dinamis. Sedangkan dalam isi guru dituntut untuk mampu
menerapkan keterampilan penyampaian isi pembelajaran dan srtategi yang
dibutuhkan siswa untuk bertanggungjawab atas apa yang dipelajarinya.[10]
No.
|
Model
Konteks
|
Penerapan
dalam Kelas
|
1.
|
Lingkungan
|
Hal ini terkait
dengan penataan ruang klas seperti penataan meja kursi belajar, pencahayaan,
penataan media pembelajaran, gambar / poster pada dinding kelas, tanaman
dikelas, penataan alat bantu mengajar (media audiovisual). Semua yang ada di
dalam kelas harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu menumbuhkan dan
merangsang suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif. Rasio jumlah siswa
dengan luas ruangan belajar harus seimbang. Jika dalam suatu ruangan siswa
terlalu banyak maka sulit menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
|
2.
|
Suasana
|
Hal ini terkait dengan suasana batin siswa saat
belajar. Lingkungan fisik kelas yang menyenangkan belum tentu bisa
menumbuhkan dan merangkan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif. Oleh
karena itu, seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang
menyenagkan dengan berbagai cara seperti bersikap simpatik, ramah, raut wajah
yang penuh kasih saying, humoris, suara yang lembut tetapi jelas dan
sebaginya.
|
3.
|
Landasan
|
Merupakan kerangka kerja yang harus disepakati
bersama oleh guru dan murid. Landasan ini mencakup:
· Tujuan yang sama
· Prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang sama
· Keyakinan kuat mengenai belajar dan mengajar
· Kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan yang
jelas.
|
4.
|
Rancangan
|
Hal ini terkait kemampuan guru untuk mampu
menumbuhkan dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Menumbuhkan
dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti penggunaan berbagai media (visual, audio, kinestik)
dalam pembelajaran. [11]
|
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pencetus
Quantum Teaching and Learning adalah Bobbi DePorter. Dia bersama beberapa
temannya mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran mereka pada para remaja di
Superchamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, California.
Setelah gagasan tersebut dimatangkan, diujicobakan, kemudian dirumuskan dan
dikemukakan serta ditulis dalam bukunya.
2.
Quantum
Teaching dapat diartikan sebagai pendekatan pengajaran untuk membimbing peserta
didik agar mau belajar. Quantum learning merupakan bagian dari cara belajar,
namun mencakup aspek-aspek penting dari Neuro Linguistic Programming (NLP).
3.
Perbedaan
quantum taeching dan learning adalah teaching diarahkan untuk proses
pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan
pembelajaran, dan mengevaluasinya, sedangkan Learning merupakan konsep untuk
pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu
dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.
4.
Paradigma
dalam belajar model quantum learning antara lain: setiap orang adalah guru dan
sekaligus murid, belajar akan efektif jika dilakukan dalam lingkungan dan
suasana yang menyenangkan, setiap orang memiliki gaya belajar, bekerja dan
berpikir yang unik dan berbeda, modul pelajaran tidak harus rumit. Sedangkan
prinsip dalam Quantum Teaching and Learning adalah segalanya berbicara,
segalanya bertujuan, pengalaman sebelum konsep, akui setiap usaha, jika layak
dipelajari layak pula dirayakan.
5.
Teknik
dalam mengimplementasikan Quantum Teaching and Learning antara lain: AMBAK,
TANDUR, ARIAS dan PAKEM.
Model pembelajaran
Quantum Teaching and Learning dibagi dua kategori, yaitu
konteks dan isi. Konteks meliputi lingkungan, suasana, landasan dan rancangan.
Sedangkan isi mencakup masalah penyajian dan fasilitasai (mempermudah proses
belajar).
DAFTAR
RUJUKAN
Nata,
Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Didik. Strategi
Pembelajaran Quantum Teaching dan Quantum Learning, https://didik45.wordpress.com/strategi-pembelajaran/strategi-pembelajaran-quantum-teaching-dan-quantum-learning/.
Eno, Retno. 2012. Quantum
Teaching and Learning. http://blog.umy.ac.id/retnoeno/2012/01/08/quantum-teaching-and-learning/.
Pavlov, Fara. 2013. Quantum Teaching and Learning. http://fara-pavlov.blogspot.com/2013/11/quantum-teaching-and-learning.html.
Ramadhani, Annur. 2013.
Model & Strategi Pembelajaran Quantum Teaching & Learning. http://annuramadhani.blogspot.com/2013/02/model-strategi-pembelajaran-quantum.html.
Winarto, Joko. 2011. Quantum
Teaching and Learning. http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/17/quantum-teaching-and-learning-341628.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar