Selasa, 21 April 2015

Quantum Teaching and Learning

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bagi sebagian orang belajar merupakan kegiatan yang membosankan. Untuk menghindari hal tersebut diperlukan suatu strategi pembelajaran yang baik agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif, efisien dan menyenangkan, serta para pembelajar dapat menyerap apa yang disampaikan dengan baik.
Sebagai calon tenaga pendidik yang profesional, kita harus menguasai strategi dan metode dalam mengajar. Sehingga kita dapat memberikan pembelajaran yang menyenangkan kepada anak didik kita. Salah satu strategi yang efektif adalah Quantum Teaching and Learning.
Quantum Teaching and Learning adalah strategi pembelajaran yang digagas oleh Bobbi DePorter. Quantum Teaching dapat diartikan sebagai pendekatan pengajaran untuk membimbing peserta didik agar mau belajar. Strategi ini sangat mudah dan efektif untuk diimplementasikan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang Quantum Teaching and Learning.

B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana sejarah Quantum Teaching and Learning?
2.    Apa pengertian dan karakteristik Quantum Teaching and Learning?
3.    Apa perbedaan antara Quantum Teaching dan Quantum Learning?
4.    Apa saja paradigma dan prinsip Quantum Teaching and Learning?
5.    Bagaimana implementasi Quantum Teaching and Learning?






BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah Quantum Teaching and Learning
Tokoh utama di balik pembelajaran Quantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran di Super Camp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat. Super Camp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal ihwal pembelajaran guna pengembangan potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran kepada para remaja di Super Camp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980an.
Dia belajar dari Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun dapat, memberikan sugesti positif ataupun negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated learning ( pemercepatan belajar).
Kemudian metode pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
Falsafah dan metodologi pembelajaran yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku Learning.
Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu:
Rounded Rectangle: E = Mc2
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)






Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada peserta didik. [1]
B.       Pengertian dan Karakteristik Quantum Teaching and Learning
1.    Pengertian
Kata Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi, Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Quantum Teaching adalah ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas Supercamp yang diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Luzanov), Multiple Intelligence (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Ginder dan Bandler), Experiental Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson and Johnson), dan Elemen of Effective Intruction (Hunter). [2]
Quantum Teaching dapat diartikan sebagai pendekatan pengajaran untuk membimbing peserta didik agar mau belajar. Menjadikan sebagai kegiatan yang dibutuhkan peserta didik. Di samping itu untuk memotivasi, menginspirasi dan membimbing guru agar lebih efektif dan sukses dalam mengasup pembelajaran sehingga lebih menarik dan menyenangkan. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi lompatan kemampuan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Quantum Teaching bersandar pada konsep Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Inilah asas utama, alasan dasar yang berada di balik segala strategi, model, dan keyakinan Quantum Teaching. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.
Quantum learning menurut Bobby DePorter merupakan bagian dari cara belajar, namun mencakup aspek-aspek penting dari Neuro Linguistic Programming (NLP). Neuro adalah saraf otak, linguistic adalah cara berbahasa, baik verbal maupun non verbal yang dapat mempengaruhi sistem pikiran, perasaan, dan perilaku. Program NLP sangatlah unik, yaitu melakukan mental building untuk membuang kebiasaan dan keyakinan lama yang menghasilkan kegagalan, pesimisme, kurang percaya diri, menggantikannya dengan program baru yang dapat mengoptimalkan semua fungsi otak, mengidentifikasikan hal-hal yang memicu pola berpikir positif. [3]
2.    Karakteristik
a.    Berpangkal pada psikologi kognitif
b.    Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan meniadakan hukuman karena semua usaha yang dilakukan pembelajar dihargai. Kesalahan sebagai manusiawi.
c.    Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
d.   Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.
e.    Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.
f.     Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.
g.    Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.
h.    Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.
i.      Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material.
j.      Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.
k.    Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi. Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa dan pembelajar.
l.      Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bisa berlangsung nyaman dan hasilnya lebih optimal. [4]
C.      Perbedaan Quantum Teaching dan Quantum Learning
Teaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
Dalam Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan.
Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain siswa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.
1.    Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
2.    Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.Pola Teaching terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku.[5]
D.      Paradigma dan Prinsip Quantum Teaching and Learning
1.    Paradigma
Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a.       Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator.
b.      Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relaks.
c.       Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d.      Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung. [6]
2.    Prinsip dari Quantum Teaching, yaitu:
a.       Segalanya berbicara
Semua yang ada di lingkungan kelas baik didalam maupun diluar kelas semuanya mengirimkan pesan tentang pembelajaran. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu merancang/mendesai segala aspek yang ada dilingkungan kelas (guru, media pembelajara dan siswa) maupun diluar kelas (guru lain, kebun sekolah, kantin sekolah dll) sebagai sumber belajar bagi siswa
b.      Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam proses belajar mengajar mempunyai tujuan. Dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam proses beajar mengajar harus memiliki tujuan. Dan tujuan tersebut harus dijelaskan kepada siswa.
c.       Pengalaman sebelum konsep
Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh konsep untuk apa yang mereka pelajari. Dalam proses belajar mengajar harus dilakukan dengan cara memberikan tugas terlebih dahulu kepada siswa ataupun memberikan informasi sedikit tentang apa yang akan dipelajari. Dengan begitu siswa dapat mengambil kesimpulan sendiri. Guru harus mampu merancang pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan penelitian sendiri dan berhasil menyimpulkan. Dalam hal ini guru harus menciptakan simulasi konsep agar siswa memperoleh pengalaman.
d.      Akui setiap usaha
Menghargai usaha siswa sekecil apa pun. Siswa patut mendapatkan pengakuan atas prestasi dankepercayan dirinya. Guru harus mampu memberi penghargaan/pengakuan pada setiap usaha siswa. Jika usaha siswa jelas salah, guru harus mampu memberi pengakuan/penghargaan walaupun usaha siswa salah dan secara perlahan membetulkan jawaban siswa yang salah. Jangan mematikan semangat siswa untuk belajar.
e.       Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Perayaan dapat memberi umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi positif dengan belajar Dalam hal ini guru harus memiliki strategi untuk memberi umpan balik positif yang dapat mendorong semangat belajar siswa. Berilah umpan balik positif pada setiap usaha siswa, baik secara berkelompok maupun secara individu. [7]
E.       Implementasi Quantum Teaching and Learning
1.    Teknik-teknik Quantum teaching and learning
a.    Teknik AMBAK
Teknik ini menekankan bagaimana sedapat mungkin bisa menghadirkan perasaan dalam diri siswa bahwa apa yang mereka pelajari akan memberikan manfaat yang besar.
1)   A: Apa yang dipelajari
Dalam pelajaran akhlak tentang akhlak terpuji misalnya, guru hanya menetapkan prinsip dari akhlaq-akhlaq tersebut, anak didiklah yang menentukan berbagai tema pelajaran sebagai contohnya. Misalnya, mereka di bawah ke sebuah pasar lalu dibiakan mengamati segala interaksi yang ada di pasar, baik antara penjual dan pembeli maupun para pengunjung yang ada di pasar.
2)      M: Manfaat
Kadang guru lupa menjelaskan manfaat yang diperoleh dari pelajaran yang diajarkan. Contohnya, pelajaran tenteng berwudlu. Guru tidak hanya menjelaskan syarat sah dan rukun wudlu, tetapi lebih dari itu guru harus bisa menjelaskan kepada siswa apa hikmah yang bisa diambil dari berwudlu. Intinya guru harus mendorong siswa bisa memahami sesuatu situasinya yang sebenarnya, sehingga siswa tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
3)   B: Bagiku
Manfaat apa yang akan saya dapat di kemudian hari dengan mempelajari ini semua. Misalnya, pelajaran bersuci dengan tayammum. Mungkin bagi siswa yang berada di daerah dengan paskoan air melimpah, mungkin pelajaran tayammum tidak banyak memberikan arti. dalam kondisi ini, guru harus bisa menjelaskan kepada siswa bahwa suatu ketika model bersuci dengan tayammum pasti akan bermanfaat, terlebih ketika dalam suatu perjalanan tidak menemukan air atau ketika sakit yang tidak diperkenankan terkena air.
Teknik AMBAK diatas, meneunjukkan kepada kita betapa Quantum Teaching lebih menekankan pada pembelajaran yang sarat makna dan sistem nilai yang bisa dikotribusikan kelak saat anak dewasa nanti.
b.    Teknik TANDUR
1)   T: Tumbuhkan
Tumbuhkan minat siswa dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya Bagiku” dan manfaatkan kehidupan siswa. Dengan demikian, seorang guru tidak hanya memposisikan diri sebagai pentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga fasilitator, mediator, dan motivator. Dalam MP PAI, misalnya guru harus bisa menjelaskan kepada siswa akan pentingnya belajar PAI. Di samping itu guru juga harus memotivasi siswa bahwa belajar agama dapat menunjang perbaikan pribadi pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
2)   A: Alam
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa. Artinya, bagaimana guru bisa mengahadirkan suasana alamiah yang tidk membedakan antara yang satu dengan yang lain. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan masing-masing siswa berbeda, namun hal itu tidak boleh menjadi alasan bagi guru mendahulukan yang lebih pandai dari yang kurang pandai. Semua siswa harus mendapat perlakuan yang sama.
3)   N: Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, atau strategi terlebih dahulu terhadap sesuatu yang akan diberikan kepada siswa. Guru sedapat mungkin memberikan pengantar terhadap materi yang hendak disampaikan. Hal ini dimaksudkan agar ada informasi pendahuluan yang bisa diterima oleh siswa. selain itu, guru diharapkan juga bis amembuat kata kunci terhadap hal-hal yang dianggap sulit. Dengan kata lain, guru harus bisa membuat sesuatu yang sulit menjadi sesuatu yang mudah.
4)   D: Demonstrasikan
Sediakan kesempatan bagi siswa untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. Sering kali dijumpai ada siswa yang mempunyai beragam kemampuan, akan tetapi mereka tidak mempunyai keberanian untuk menunjukkannya. Dalam kondisi ini, para guru harus tanggap dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk unjuk rasa dan memberikan motivasi agar berani menunjukkan karya-karya mereka kepada orang lain.
5)   U: Ulangi
Tunjukkan kepada siswa bagaimana cara mengulangi materi secara efektif. Pengulangan materi dalam suatu pelajaran akan sangat membantu siswa mengingat materi yang disampaikan guru dengan mudah.
6)   R: Rayakan
Keberhasilan dan prestasi yang diraih siswa, sekecil apapun, harus diberi apresiasi oleh guru. Bagi siswa perayaan akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab. Perayaan akan mengajarkan kepada mereka mengenai motivasi hakiki tanpa “insentif”. Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekedar mencapai nilai tertentu. Hal ini untuk menummbuhkan rasa senang pada diri siswa yang pada gilirannya akan melahirkan kepercayaan diri untuk berprestasi lebih baik lagi. [8]
c.    Teknik ARIAS
Pembelajaran dengan teknik ARIAS terdiri dari lima komponen (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar.
a.    Assurance (percaya diri)
Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus-menerus. Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal.
b.    Relevance
Yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan sekarang atau yang akan datang. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan anatara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.

c.    Interest
Adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian  tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memerhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.
d.   Assessment
Yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan siswa. Bagi guru evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi.
e.    Satifaction
Yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Sisa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya.
d.   Teknik PAKEM
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertnyakan, dan mengemukakan gagasan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut: siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?
1)   Memahami sifat yang dimiliki anak
2)   Mengenal anak secara perorangan
3)   Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
4)   Mengembangkan segala kemampuan siswa
5)   Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
6)   Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
7)   Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
8)   Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. [9]
2.    Model Quantum Teaching and Learning
Model pembelajaran Quantum teaching dan learning dibagi atas dua kategori, yaitu konteks dan isi. Konteks meliputi (1) lingkungan, (2) suasana, (3) landasan, (4) rancangan. Sedangkan isi mencakup masalah penyajian dan fasilitasai (mempermudah proses belajar).
Dalam konteks, guru dituntut harus mampu mengubah: (1) suasana yang memberdayakan untuk kegiatan PBM, (2) landasan yang kukuh untuk kegiatan PBM, (3) lingkungan yang mendukung PBM dan (4) rancangan pembelajaran yang dinamis. Sedangkan dalam isi guru dituntut untuk mampu menerapkan keterampilan penyampaian isi pembelajaran dan srtategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggungjawab atas apa yang dipelajarinya.[10]

No.
Model Konteks
Penerapan dalam Kelas
1.
Lingkungan
Hal ini terkait dengan penataan ruang klas seperti penataan meja kursi belajar, pencahayaan, penataan media pembelajaran, gambar / poster pada dinding kelas, tanaman dikelas, penataan alat bantu mengajar (media audiovisual). Semua yang ada di dalam kelas harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu menumbuhkan dan merangsang suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif. Rasio jumlah siswa dengan luas ruangan belajar harus seimbang. Jika dalam suatu ruangan siswa terlalu banyak maka sulit menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
2.
Suasana
Hal ini terkait dengan suasana batin siswa saat belajar. Lingkungan fisik kelas yang menyenangkan belum tentu bisa menumbuhkan dan merangkan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang menyenagkan dengan berbagai cara seperti bersikap simpatik, ramah, raut wajah yang penuh kasih saying, humoris, suara yang lembut tetapi jelas dan sebaginya.
3.
Landasan
Merupakan kerangka kerja yang harus disepakati bersama oleh guru dan murid. Landasan ini mencakup:
·      Tujuan yang sama
·      Prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang sama
·      Keyakinan kuat mengenai belajar dan mengajar
·      Kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan yang jelas.
4.
Rancangan
Hal ini terkait kemampuan guru untuk mampu menumbuhkan dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Menumbuhkan dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan berbagai media (visual, audio, kinestik) dalam pembelajaran. [11]




















BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.    Pencetus Quantum Teaching and Learning adalah Bobbi DePorter. Dia bersama beberapa temannya mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran mereka pada para remaja di Superchamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, California. Setelah gagasan tersebut dimatangkan, diujicobakan, kemudian dirumuskan dan dikemukakan serta ditulis dalam bukunya.
2.    Quantum Teaching dapat diartikan sebagai pendekatan pengajaran untuk membimbing peserta didik agar mau belajar. Quantum learning merupakan bagian dari cara belajar, namun mencakup aspek-aspek penting dari Neuro Linguistic Programming (NLP).
3.    Perbedaan quantum taeching dan learning adalah teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya, sedangkan Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.
4.    Paradigma dalam belajar model quantum learning antara lain: setiap orang adalah guru dan sekaligus murid, belajar akan efektif jika dilakukan dalam lingkungan dan suasana yang menyenangkan, setiap orang memiliki gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda, modul pelajaran tidak harus rumit. Sedangkan prinsip dalam Quantum Teaching and Learning adalah segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum konsep, akui setiap usaha, jika layak dipelajari layak pula dirayakan.
5.    Teknik dalam mengimplementasikan Quantum Teaching and Learning antara lain: AMBAK, TANDUR, ARIAS dan PAKEM.
Model pembelajaran Quantum Teaching and Learning dibagi dua kategori, yaitu konteks dan isi. Konteks meliputi lingkungan, suasana, landasan dan rancangan. Sedangkan isi mencakup masalah penyajian dan fasilitasai (mempermudah proses belajar).
DAFTAR RUJUKAN

Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Eno, Retno. 2012. Quantum Teaching and Learning. http://blog.umy.ac.id/retnoeno/2012/01/08/quantum-teaching-and-learning/.
Pavlov, Fara. 2013. Quantum Teaching and Learning. http://fara-pavlov.blogspot.com/2013/11/quantum-teaching-and-learning.html.
Ramadhani, Annur. 2013. Model & Strategi Pembelajaran Quantum Teaching & Learning. http://annuramadhani.blogspot.com/2013/02/model-strategi-pembelajaran-quantum.html.
Winarto, Joko. 2011. Quantum Teaching and Learning. http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/17/quantum-teaching-and-learning-341628.html.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar