Senin, 27 April 2015

Hadits tentang Subyek Pendidikan (Pendidik)

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
     Hadis adalah sumber kedua bagi ilmu pendidikan Islam. Sumber pertama, tentu saja al-Qur`an. Sebenarnya, antara al-Qur`an dan Hadis tidak dapat dipisahkan. Munculnya hadis yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SِِAW pada hakikatnya suatu perwujudan dan juga penjelasan dari wahyu al-Qur`an yang beliau terima. Dalam hadits dijelaskan tentang pendidikan, salah satunya mengenai pendidik.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama dalam pendidikan. Pendidik adalah pembimbing, pengarah yang biasa disebut dengan guru. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peran guru sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar. Oleh karena itu seorang guru atau pendidik memiliki peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa serta membantu memecahkan kesulitan siswa terutama dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam makalah ini kami akan membahas tentang subjek pendidikan yaitu pendidik dalam perspektif hadits.

B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah sifat dan sikap pendidik dalam perspektif hadits?
2.    Bagaimanakah kedudukan pendidik dalam  perspektif hadits?
3.    Bagaimanakah keutamaan pendidik dalam hadits?

C.      Tujuan
             1.     Memahami sifat dan sikap pendidik dalam perspektif hadits
             2.     Mengetahui kedudukan pendidik dalam perspektif hadits
             3.     Mengetahui keutamaan pendidik dalam perspektif hadits


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sifat dan Sikap Pendidik dalam Perspektif Hadits
عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي وَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ. رواه البخارى
Artinya “Abu Sualiman Malik ibn al-Huwayris berkata: Kami, beberapa orang pemuda sebaya  datang kepada Nabi saw., lalu kami menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang halus perasaannya dan penyayang lalu berkata: “Kembalilah kepada keluargamu! Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan salatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya mengerjakan salat. Apabila waktu salat telah masuk, hendaklah salah seorang kamu mengumandangkan azan dan yang lebih senior hendaklah menjadi imam.” (HR. Bukhari)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ. رواه الترمذى
Artinya ”Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih kecil, tidak memuliakan yang lebih besar, tidak menyuruh berbuat makruf, dan tidak mencegah perbuatan munkar.” (HR. Tirmidzi)

Penjelasan:
     Kedua hadits diatas menjelaskan bahwa sebagai manusia termasuk pendidik harus memiliki kasih sayang. Rasulullah Saw memberikan contoh dengan memperlakukan para sahabat dengan penuh santun dan kasih sayang. Jika Rasulullah menyampaikan ajaran islam kepada sahabat dan umatnya dengan bersikap kasar dan tanpa kasih sayang, maka tidak akan ada yang mengikutinya.
     Sifat kasih sayang memiliki peran penting dalam pendidikan. Dengan adanya kasih sayang dapat membangun hubungan dan interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik. Seorang pendidik dalam memberikan pembelajaran dan pendidikan harus dilakukan dengan penuh kasih sayang agar peserta didik dapat menerima apa yang disampaikan dengan hati yang tenang dan nyaman.
عَنْ اَبِي مُوسَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ  عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اِذَا بَعَثَ اَحَدًا مِنْ اَصْحَابِهِ فِى بَعْضِ اَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُ وَلاَ تُنَـفِّرُوا وَيَسِّرُواوَلاَ تُعَسِّرُوا رواه مسلم
Artinya : “Dari Abu Musa beliau berkata, “ Rasulullah SAW apabila mengutus salah satu orang sahabatnya untuk mengerjakan sebagian perintahnya selalu berpesan “ Sampaikan berita gembira oleh kalian dan janganlah kalian menimbulkan rasa antipati, berlaku mudahlah kalian dan janganlah kalian mempersulit.” (HR. Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسلم: إِنَّ اللهَ لَمْ يَبْعَثْنِيْ مُعْنِتاً وَلاَ مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِيْ مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا. رواه مسلم
Artinya : “Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda kepada ‘Aisyah: “Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai orang yang menyusahkan dan merendahkan orang lain. Akan tetapi, Allah mengutusku sebagai seorang pengajar (guru) dan pemberi kemudahan.” (HR. Muslim)
Penjelasan
     Dari kedua hadits diatas sudah jelas bahwa seorang pendidik harus memiliki prinsip motivasi dan memudahkan serta tidak mempersulit peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik. Motivasi dapat dilakukan dengan pemberian nilai, pemberian pujian, dan lain-lain.
     Dalam pembelajaran, pendidik hendaknya memberikan kemudahan pada peserta didiknya, salah satunya dalam penyampaian materi. Dalam penyampaian materi pendidik dapat menggunakan media pembelajaran agar anak didiknya dapat memahami apa yang disampaikan dengan mudah.
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا. رواه البخارى

Artinya : ”Dari Ibnu Mas'ud, Nabi SAW. selalu menyelingi hari-hari belajar untuk kami untuk menghindari kebosanan kami.”
Penjelasan
     Hadits tersebut menjelaskan bahwa seorang pendidik hendaknya mengetahui dan mengerti kondisi dan keadaan peserta didiknya. Manusia pada dasarnya memiliki rasa bosan. Untuk menghindari kebosanan pada diri peserta didik, pendidik dapat menyelingi waktu belajar dan memberikan waktu istirahat. Pembagian waktu belajar perlu dilakukan agar apa yag disampaikan pendidik dapat diterima dengan baik oleh peserta didik tanpa ada rasa lelah dan bosan.
B.       Kedudukan Pendidik
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْوَالِدِ أُعَلِّمُكُمْ فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ الْغَائِطَ فَلاَ يَسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ وَلاَ يَسْتَدْبِرْهَا وَلاَ يَسْتَطِبْ بِيَمِينِهِ وَكَانَ يَأْمُرُ بِثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ وَيَنْهَى عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ رواه أبو داود

Artinya : “Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya saya menempati posisi orangtuamu. Aku akan mengajarmu. Apabila salah seorang kamu mau buang hajat, maka janganlah ia menghadap atau mebelakangi kiblat, janganlah ia beristinjak (membersihkan dubur sesudah buang air) dengan tangan kanan. Beliau menyuruh beristinjak (kalau tidak dengan air), dengan tiga batu dan melarang beristinjak dengan kotoran (najis) dan tulang.”


Penjelasan
     Seorang pendidik berperan sebagai orang tua bagi peserta didiknya. Dalam hadits diatas, Rasulullah SAW menempatkan dirinya sebagai orangtua dari para sahabatnya. Rasulullah mengajari para sahabat bagaimana cara istinja’, yang harusnya hal tersebut diajarkan oleh orang tua.
     Pendidik adalah orang tua, sedangkan peserta didik adalah anak. Pendidik bertanggung jawab terhadap perkembangan perilaku dan pendidikan anak di sekolah. Jadi, pendidik bukan hanya bertanggung jawab dalam pemberian ilmu dan pemberian nilai, akan tetapi juga bertanggung jawab atas sikap dan perilaku peserta didik. Seorang pendidik diharapkan dapat memberikan kasih sayangnya dengan tulus layaknya kasih sayang orangtua terhadap anaknya
C.      Keutamaan Pendidik
عن أبى هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلاَ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلاَّ ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالاَهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ رواه الترمذى
Artinya :“Abu Hurairah meriwayatkan  bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda: “Ketahuilah ! bahwa sesungguhnya dunia dan segala isinya terkutuk kecuali zikir kepada Allah dan apa yang terlibat dengannya, orang yang tahu (guru) atau orang yang belajar.”
Penjelasan :
     Hadits diatas menjelaskan bahwa pendidik  adalah orang yang terbebas dari kutukan Allah SWT. Namun tidak semua pendidik mendapatkan keistimewaan itu. Pendidik yang dimaksud adalah orang yang memiliki ilmu dan mengamalkan ilmunya serta mengajarkan ilmunya dengan ikhlas hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a.    Sifat dan sikap yang dijelaskan dalam hadits dan dicontohkan oleh Nabi SAW adalah sifat kasih sayang, memudahkan peserta didik, tidak mempersulit dan memahami kondisi dan keadaan peserta didik.
b.    Didalam hadits dijelaskan bahwa pendidik atau guru merupakan orangtua bagi anak didiknya di Sekolah. Sehingga pendidik bertanggung jawab terhadap sikap dan perilaku anak didik.
c.    Keutamaan pendidik yang disebutkan dalam hadits adalah tebebas dari kutukan Allah.




















DAFTAR RUJUKAN
Masri, Zainal. 2012. Bab II Hadits-hadits tentang Pendidik.            http://ainalmasrizai.blogspot.com/2012/09/bab-ii-hadist-hadist-tentang- pendidik.html. (diakses pada tanggal 13 Nopember 2014 pukul 10.21)
Rizqi,Yulia. 2013. Hadits tentang Pendidik. http://yulia-      rizqi.blogspot.com/2013/01/hadits-tentang-pendidik_7601.html. (diakses pada tanggal 11 Nopember 2014 pukul 08.06)

Umar, Bukhari. 2010. Pendidik dalam perspektif hadits: Sifat-sifat Pendidik.             http://bukhariumar59.blogspot.com/2010/12/pendidik-dalam-perspektif-     hadis-sifat.html. (diakses pada tanggal 11 Nopember 2014 pukul 08.08)

1 komentar: