BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hadis
adalah sumber kedua bagi ilmu pendidikan Islam. Sumber pertama, tentu saja
al-Qur`an. Sebenarnya, antara al-Qur`an dan Hadis tidak dapat dipisahkan.
Munculnya hadis yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SِِAW pada hakikatnya
suatu perwujudan dan juga penjelasan dari wahyu al-Qur`an yang beliau terima.
Dalam hadits dijelaskan tentang pendidikan, salah satunya mengenai pendidik.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama
dalam pendidikan. Pendidik adalah pembimbing, pengarah yang biasa disebut
dengan guru. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peran guru sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar. Oleh
karena itu seorang guru atau pendidik memiliki peranan penting dalam
meningkatkan minat belajar siswa serta membantu memecahkan kesulitan siswa
terutama dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang subjek pendidikan yaitu
pendidik dalam perspektif hadits.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah sifat dan sikap pendidik dalam
perspektif hadits?
2.
Bagaimanakah kedudukan pendidik dalam perspektif hadits?
3.
Bagaimanakah keutamaan pendidik dalam hadits?
C.
Tujuan
1. Memahami sifat
dan sikap pendidik dalam perspektif hadits
2. Mengetahui
kedudukan pendidik dalam perspektif hadits
3. Mengetahui
keutamaan pendidik dalam perspektif hadits
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sifat dan Sikap Pendidik dalam Perspektif Hadits
عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ
الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً
فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا
فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ
فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي وَإِذَا
حَضَرَتْ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ
أَكْبَرُكُمْ. رواه البخارى
Artinya
“Abu Sualiman Malik ibn al-Huwayris berkata: Kami, beberapa orang pemuda
sebaya datang kepada Nabi saw., lalu kami menginap bersama beliau
selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami
telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada
keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang
halus perasaannya dan penyayang lalu berkata: “Kembalilah kepada keluargamu!
Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan salatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya
mengerjakan salat. Apabila waktu salat telah masuk, hendaklah salah seorang
kamu mengumandangkan azan dan yang lebih senior hendaklah menjadi imam.” (HR. Bukhari)
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ
مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَأْمُرْ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ. رواه الترمذى
Artinya ”Ibn Abbas
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bukanlah termasuk golongan
kami orang yang tidak menyayangi yang lebih kecil, tidak memuliakan yang lebih
besar, tidak menyuruh berbuat makruf, dan tidak mencegah perbuatan munkar.”
(HR. Tirmidzi)
Penjelasan:
Kedua hadits diatas menjelaskan bahwa
sebagai manusia termasuk pendidik harus memiliki kasih sayang. Rasulullah Saw memberikan
contoh dengan memperlakukan para sahabat dengan penuh santun dan kasih sayang.
Jika Rasulullah menyampaikan ajaran islam kepada sahabat dan umatnya dengan bersikap
kasar dan tanpa kasih sayang, maka tidak akan ada yang mengikutinya.
Sifat kasih
sayang memiliki peran penting dalam pendidikan. Dengan adanya kasih sayang
dapat membangun hubungan dan interaksi yang baik antara pendidik dan peserta
didik. Seorang pendidik dalam memberikan pembelajaran dan pendidikan harus
dilakukan dengan penuh kasih sayang agar peserta didik dapat menerima apa yang
disampaikan dengan hati yang tenang dan nyaman.
عَنْ
اَبِي مُوسَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اِذَا بَعَثَ اَحَدًا مِنْ
اَصْحَابِهِ فِى بَعْضِ اَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُ وَلاَ تُنَـفِّرُوا
وَيَسِّرُواوَلاَ تُعَسِّرُوا رواه
مسلم
Artinya : “Dari Abu Musa beliau berkata, “ Rasulullah
SAW apabila mengutus salah satu orang sahabatnya untuk mengerjakan sebagian
perintahnya selalu berpesan “ Sampaikan berita gembira oleh kalian dan janganlah
kalian menimbulkan rasa antipati, berlaku mudahlah kalian dan janganlah kalian
mempersulit.” (HR. Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسلم: إِنَّ اللهَ لَمْ يَبْعَثْنِيْ مُعْنِتاً
وَلاَ مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِيْ مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا. رواه مسلم
Artinya : “Aisyah meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW. bersabda kepada ‘Aisyah: “Sesungguhnya Allah tidak mengutusku
sebagai orang yang menyusahkan dan merendahkan orang lain. Akan tetapi, Allah mengutusku sebagai seorang pengajar (guru) dan pemberi
kemudahan.” (HR. Muslim)
Penjelasan
Dari kedua hadits diatas sudah jelas bahwa seorang pendidik
harus memiliki prinsip motivasi dan memudahkan serta tidak mempersulit peserta
didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat
meningkatkan semangat belajar peserta didik. Motivasi dapat dilakukan dengan
pemberian nilai, pemberian pujian, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran, pendidik hendaknya memberikan kemudahan pada
peserta didiknya, salah satunya dalam penyampaian materi. Dalam penyampaian
materi pendidik dapat menggunakan media pembelajaran agar anak didiknya dapat
memahami apa yang disampaikan dengan mudah.
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي
الْأَيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا. رواه البخارى
Artinya : ”Dari Ibnu
Mas'ud, Nabi SAW. selalu menyelingi hari-hari belajar untuk kami untuk menghindari
kebosanan kami.”
Penjelasan
Hadits tersebut menjelaskan bahwa seorang pendidik hendaknya
mengetahui dan mengerti kondisi dan keadaan peserta didiknya. Manusia pada
dasarnya memiliki rasa bosan. Untuk menghindari kebosanan pada diri peserta
didik, pendidik dapat menyelingi waktu belajar dan memberikan waktu istirahat. Pembagian
waktu belajar perlu dilakukan agar apa yag disampaikan pendidik dapat diterima
dengan baik oleh peserta didik tanpa ada rasa lelah dan bosan.
B.
Kedudukan Pendidik
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْوَالِدِ أُعَلِّمُكُمْ فَإِذَا أَتَى
أَحَدُكُمْ الْغَائِطَ فَلاَ يَسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ وَلاَ يَسْتَدْبِرْهَا
وَلاَ يَسْتَطِبْ بِيَمِينِهِ وَكَانَ يَأْمُرُ بِثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ وَيَنْهَى
عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ رواه أبو داود
Artinya :
“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya saya
menempati posisi orangtuamu. Aku akan mengajarmu. Apabila salah seorang kamu
mau buang hajat, maka janganlah ia menghadap atau mebelakangi kiblat, janganlah
ia beristinjak (membersihkan dubur sesudah buang air) dengan tangan kanan.
Beliau menyuruh beristinjak (kalau tidak dengan air), dengan tiga batu dan
melarang beristinjak dengan kotoran (najis) dan tulang.”
Penjelasan
Seorang pendidik berperan sebagai orang tua
bagi peserta didiknya. Dalam hadits diatas, Rasulullah SAW menempatkan dirinya
sebagai orangtua dari para sahabatnya. Rasulullah mengajari para sahabat
bagaimana cara istinja’, yang harusnya hal tersebut diajarkan oleh orang tua.
Pendidik adalah orang tua, sedangkan
peserta didik adalah anak. Pendidik bertanggung jawab terhadap perkembangan
perilaku dan pendidikan anak di sekolah. Jadi, pendidik bukan hanya bertanggung
jawab dalam pemberian ilmu dan pemberian nilai, akan tetapi juga bertanggung
jawab atas sikap dan perilaku peserta didik. Seorang pendidik diharapkan dapat
memberikan kasih sayangnya dengan tulus layaknya kasih sayang orangtua terhadap
anaknya
C.
Keutamaan Pendidik
عن
أبى هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلاَ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا
إِلاَّ ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالاَهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ رواه الترمذى
Artinya
:“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa dia
mendengar Rasulullah saw bersabda: “Ketahuilah ! bahwa sesungguhnya dunia dan
segala isinya terkutuk kecuali zikir kepada Allah dan apa yang terlibat
dengannya, orang yang tahu (guru) atau orang yang belajar.”
Penjelasan :
Hadits diatas menjelaskan bahwa
pendidik adalah orang yang terbebas dari
kutukan Allah SWT. Namun tidak semua pendidik mendapatkan keistimewaan itu.
Pendidik yang dimaksud adalah orang yang memiliki ilmu dan mengamalkan ilmunya
serta mengajarkan ilmunya dengan ikhlas hanya untuk mendapatkan ridho Allah
SWT.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan
diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a.
Sifat dan sikap yang dijelaskan dalam hadits
dan dicontohkan oleh Nabi SAW adalah sifat kasih sayang, memudahkan peserta didik,
tidak mempersulit dan memahami kondisi dan keadaan peserta didik.
b.
Didalam hadits dijelaskan bahwa pendidik atau
guru merupakan orangtua bagi anak didiknya di Sekolah. Sehingga pendidik
bertanggung jawab terhadap sikap dan perilaku anak didik.
c.
Keutamaan
pendidik yang disebutkan dalam hadits adalah tebebas dari kutukan Allah.
DAFTAR RUJUKAN
Masri, Zainal. 2012. Bab II
Hadits-hadits tentang Pendidik. http://ainalmasrizai.blogspot.com/2012/09/bab-ii-hadist-hadist-tentang- pendidik.html. (diakses
pada tanggal 13 Nopember 2014 pukul 10.21)
Rizqi,Yulia. 2013. Hadits tentang Pendidik. http://yulia- rizqi.blogspot.com/2013/01/hadits-tentang-pendidik_7601.html. (diakses pada tanggal 11 Nopember 2014 pukul 08.06)
Umar, Bukhari. 2010. Pendidik dalam perspektif hadits: Sifat-sifat
Pendidik. http://bukhariumar59.blogspot.com/2010/12/pendidik-dalam-perspektif- hadis-sifat.html. (diakses pada tanggal 11 Nopember 2014 pukul 08.08)
izin share yaa...ukhtii
BalasHapus